Berebut Kiblat Irama Tabla. Bag 1

Rabu, 11 Maret 2009
AWALNYA, "dangdut" itu ungkapan untuk cemooh. Said Effendi (almarhum), macan pemusik Melayu pelantun Semalam di Malaysia, misalnya, sangat tak senang dengan istilah dangdut. "Istilah itu muncul karena perasaan sinis dari mereka yang anti," katanya. Ia tak salah. Istilah dangdut pada mulanya memang populer sebagai ejekan sebagian musikus rock terhadap jenis musik yang berakar pada musik India, Melayu Deli, dan gambus itu.

Boleh jadi, adalah Rhoma Irama yang, lebih dari 30 tahun silam, dengan rendah hati justru mengambil alih cemooh "dangdut" itu untuk menamai jenis musik yang kemudian gigih diperjuangkannya. Sebelumnya memang telah ada radio, yakni radio Agustina di Jakarta, yang mengudarakan acara yang diberi nama "Sop Dangdut". Tapi, Rhoma Irama-lah yang boleh dikata memproklamasikan pada dunia, pelekatan istilah dangdut bagi jenis musiknya.

Lewat syair lagunya yang berjudul Dangdut --sangat populer pada awal 1970-an-- Rhoma mengisahkan adanya sejenis musik dengan irama Melayu yang sungguh sedap sekali: "... sulingnya suling bambu/gendangnya kulit lembu/dangdut suara gendang/rasa ingin berdendang...." Dan sejak itu, tak bisa lain, musik yang melahirkan rasa ingin bergoyang ini bernama dangdut.

Meski tak semua setuju --Said Effendi pernah mengusulkan "irama tabla" sebagai pengganti istilah dangdut, dengan alasan dangdut itu sekadar tiruan bunyi instrumen tabla-- toh sejarah membuktikan, istilah dangdut tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. Tapi, sebagai jenis musik yang memiliki kekhasan tersendiri, kapan sebenarnya dangdut lahir?

Tak ada yang tahu pasti. "Banyak lagu pada 1940-an yang sudah berbau dangdut. Hanya namanya belum dangdut," kata Munif Bahaswan, 64 tahun, penyanyi dan penulis lagu dangdut kawakan, kepada Rury Feriana dari Gatra. Secara spesifik, Munif Bahaswan menyebut lagu Kudaku Lari, yang dilantunkan A. Harris pada 1953, sebagai satu di antara lagu pelopor irama yang kelak disebut dangdut ini.

Alasan Munif, lagu itu telah memberanikan diri memasukkan suara gendang ala India pada orkes yang semula hanya memakai gitar, harmonium, bas, dan mandolin. Setelah Kudaku Lari, A. Harris masih melesatkan lagu lain, seperti Doa Ibu, Lamunanku, Alam Nirmala, dan Jaya Bahagia. A. Harris juga mencuri perhatian publik ketika menyanyikan lagu India, Awarahum.

Saking populernya, A. Harris akhirnya ikut diminta membintangi dua film layar lebar, Perkasa Alam (bersama Titin Sumarni, artis paling top masa itu) dan Curiga (bersama Zunaidah, artis Malaysia yang kemudian jadi istrinya). Kelak, belasan tahun setelah membintangi film-film itu, A. Harris tercatat pernah menyutradarai Rhoma Irama, si "raja dangdut", dalam film Penasaran. Bersambung

0 komentar:

Posting Komentar

banner125125 d'famous_125x125 balihemat ads_box ads_box ads_box